PROFIL SEKOLAH

Gelar Pembelajaran Multikultur Mengusung Paraga Ngamalo dan Naik Tojang

Karangan - SMPN 1 Mempawah Hulu lagi-lagi menggelar Praktik Multikultur dengan Tema Ngamalo Adat Dayak Kanayatn, dan Adat Melayu Naik Tojang  Praktik ini merupakan rangkaian dari Penilaian Akhir Semester (PAS) Tahun Pelajaran 2024/2025. Praktik Multikultur ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik SMPN 1 Mempawah hulu, tentang adat peraga Ngamalo dan Naik Tojang. 

Bapak Selvinus Mathan, sebagai narasumber yang dipercaya untuk menjelaskan, Adat Peraga Ngamalo. Tujuan Ngamalo ini adalah untuk menyucikan tanah, agar mahluk halus yang berdiam diladang atau sawah itu tidak menjadi pengganggu tanaman yang menyebabkan gagal panen. Ritual Ngamalo dalam adat suku Dayak Kanayatn mempunyai kepercayaan unik agar padi tumbuh subur, mereka menyebut  nya ngamalo atau biasa disebut  nabo’uma. Ritual ini dilaksanakan di tengah sawah atau ladang dan juga sebagai tanda bahwa pemilik sawah menjaga dan merawat padi.

Adapun alat Paraga Adat Ngamalo, Paraga adat Dayak meliputi: talo’ manok (telur ayam), manok kampokng (ayam kampung) 1 ekor, kalangkakng (cagak dari bambu), akar tarukutn, daukng tingah, tumpi, poe, salaseh, langir binyak, baras banyu, baras sasah, tapukng tawar, tampas atau bantatn, pinang, karakek, kapur, gamer, timako, rokok  ai' ka solekng, daukng layakng, panentekng (besi).

Narasumber yang dipercaya untuk menjelaskan alat peraga Naik Tojang adalah Bapak Mas Sadikin. Naik artinya menaiki atau menempati, sedangkan Tojang artinya ayunan atau alat untuk berayun. Tradisi ini merupakan adat untuk melaksanakan kelahiran bayi, ditandai dengan dimulainya seorang bayi diperbolehkan masuk keayunan. Setelah itu, orang tua perempuan bisa turun ke air atau sungai, untuk melakukan berbagai aktivitas.

Alat peraga naik tojang adalah anak ayam 1 ekor, ayam jantan 1 ekor, bedak langir, penepas (daun kelor selasih nilam daun pacar, tanah 1 kepal, beras putih 1 pingan, telur kampung 1 buah, kain kuning, pisau dan gunting, kelapa muda, lilin, bertih beras kuning, daun sirih 7 lembar, daun kelapa 7 sirif, air dalam mangkok  putih,  binyak   bebau atau  wangian 1 botol, sirih sekapur, ketupat.

Praktek Mulok Pendidikan Multikultur ini sudah menjadi tradisi SMPN 1 Mempawah Hulu untuk memperkenalkan budaya jaman dulu agar generasi muda, siswa SMP khususnya mengetahui dan menjaga adat budaya yang sudah dititipkan nenek moyang kita jaman dulu. “Tradisi adat kita jangan sampai generasi muda tidak tahu, karena jika tidak ada yang melanjutkan dan melestarikan, maka identitas kita juga akan punah” tutup Bapak Aspan, selaku kepala sekolah. @Fons


0 Komentar

Kirim Pesan