PROFIL SEKOLAH

Strategi Pelestarian Tradisi Lokal Paraga Adat Batalah

Karangan, Jumat 01 Desember 2023, Paraga Adat Batalah. Mengakhiri Tahun Pelajaran Semester Ganjil siswa/siswi  Kelas VIII dan Kelas IX SMP Negeri 1 Mempawah Hulu mengadakan Praktek Mulok Multikultur dengan tema “Batalah” atau “Basaru’ Sumangat” yaitu pemberian nama kepada bayi yang baru lahir.

Praktik Mulok Multikultur dengan tema “Batalah” atau “Basaru’ Sumangat” yaitu pemberian nama kepada bayi yang baru lahir dengan narasumber Bapak Selvius Mathan, yang secara khusus diundang oleh sekolah. Beliau berasal dari Kampung Tarok, Dusun Dadayu, Desa Garu yang dipercayakan sebagai orang yang mengerti dan memahami Paraga Adat Batalah, untuk menjelaskan makna Batalah atau pemberian nama pada bayi yang baru lahir kepada peserta didik sekaligus cara “ngobet” adat batalah.

Sebelum peserta didik diajarkan Praktik “Ngobet” Beliau menjelaskan tentang bahan dan alat Paraga Batalah. Beberapa alat Paraga Batalah yang dijelaskan meliputi: 


Baras Poe’ adalah beras pulut yang dimaknai sebagai perekat, agar sibayi melekat pintar.


Baras Sunguh adalah beras kampung biasa yang dimaknai sebagai bentuk ketulusan hati yang bersih.

Baras Banyu adalah tujuh butir beras biasa yang dicampur dengan minyak makan yang disimpan didalam tutup botol atau mangkok yang dimaknai sebagai perwujudan Jubata (Tuhan YME) sebagai tempat tertinggi, yang dioleskan di kening.

Talo’ atau telur, satu buah telur ayam kampung, yang dimaknai sebagai suatu kebulatan pikiran untuk berbuat baik.


Mata buis adalah uang logam yang digunakan untuk pelengkap adat yang dimaknai dengan bentuk harga diri yang kuat dan tidak pernah goyah dalam menghadapi masalah hidup.


Manok adalah dua ekor ayam kampung jantan dan betina yang masih hidup, dimaknai dengan lambang bentuk ucapan syukur dan persembahan kepada Jubata (Tuhan).

Ai’ ka solekng (air yg dimasukan ke dalam bambu) dimaknai sebagai pencuci segala hal yang mengganggu  selama acaral adat berlangsung.


Pinang Karake’ adalah bahan sirih sebagai pelengkap peraga adat nyangahatn.


Pelita atau Corong adalah dimaknai sebagai penerang kehidupan.

Baliukng adalah  sejenis Kapak, yang berukuran kecil, dimaknai bahwa tubuh manusia harus sekuat besi, Baliukng digunakan untuk nenteng memanggil roh leluhur atau Jubata (Tuhan) melalui suara Baliukng yang dibunyikan sebanyak 7 kali. dan


Insaut atau pisau khas yg digunakan sebagai alat untuk bekerja.

Upacara adat Batalah bermakna meminta perlindungan kepada Tuhan yang dalam bahasa Dayak Kanayatn disebut “Jubata”, lambang pengakuan sosial, religius akan kehadiran sang anak di muka bumi ini sehingga dianggap sah sebagai anggota keluarga, warga masyarakat, dan warga dunia.


Dengan harapan yang dicarinya di dapat dengan mudah, apabila menjalani kehidupan ia berjalan lurus, hatinya bersih. Dengan demikian anak yang baru dinamai dalam ritual Batalah akhirnya memiliki nama baik dalam masyarakat.


Setelah alat peraga tersedia, kedua orang tua dihadirkan dengan anak/bayi yang digendong menghadap alat peraga, lalu disana petugas Panyangahatn (pendoa) bersiap-siap mengadakan doa, sebelum di Sangahatn (didoakan) diadakan pertenungan.

Biasanya dalam pertenungan nama (mencari nama yang baik) diusulkan beberapa nama. Tujuannya jika nama yang ditenung tidak memungkinkan, maka masih ada nama lain yang menjadi pilihan, jika beruntung, nama pertama yang diusulkan langsung dianggap baik dan cocok untuk bayi tersebut. Dalam bertenung biasanya pinang dibelah dua.


Jika salah satu belahan tidak tertelungkup maka nama itu harus diganti, Jika dua–duanya tertelungkup ke bawah saat dilemparkan, maka nama tersebut cocok bagi bayi tersebut, barulah dimulai Nyangahatn (berdoa).


Sebagai Guru Mata Pelajaran Mulok Multikultur Bapak Daniel Sampado,S.Pd dan Bapak Pranciskus Hendra, S.Pd yang terlibat langsung dalam kegiatan ini. Mulai dari persiapan hingga berakhirnya. 

Praktek Multikultur Adat Batalah ini dilaksanakan untuk memperkenalkan dan mengingatkan kembali kepada kaum muda dalam hal ini adalah peserta didik tentang adat istiadat leluhur Dayak Kanayatn agar Kaum Milenial Muda khususnya Masyarakat Dayak tidak meninggalkan adat istiadat yang sudah diwariskan oleh nenek moyang kita dahulu.


Selaku Kepala Sekolah SMPN 1 Mempawah hulu Bapak Aspan, S.Pd sangat mengapresiasi kegiatan ini. disela-sela kesibukan mempersiapkan kegiatan akhir semester, beliau menyampaikan terimakasih kepada Narasumber yang sudah berkenan hadir memberikan materi, pengetahuan, dan semangat kepada peserta didik khususnya di SMP Negeri 1 Mempawah Hulu.

“Sebagai masyarakat adat, tentu kita sebagai orang dayak memegang teguh nilai-nilai luhur yang telah diwariskan secara turun-temurun. Oleh sebab itu, pelestarian adat dan budaya tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga merupakan kewajiban setiap warga Dayak khususnya milenial sekarang” ungkap beliau.


"Kekuatan kita terletak pada persatuan dan kesatuan, serta semangat gotong-royong dalam menjaga harmoni dengan alam dan sesama manusia. Karenanya, kita harus bersatu padu dalam upaya melestarikan adat istiadat, budaya, bahasa, tarian, seni, serta pengetahuan tentang alam dan lingkungan, sehingga generasi mendatang tetap memiliki akar budaya yang kuat, sekaligus mampu beradaptasi dengan perubahan zaman," tambahnya mengakhiri kata sambutannya dalam menutup kegiatan Praktik Mulok tersebut. (FonsK)



1 Komentar

  1. Image
    Yulianus Yusdi 02 Dec 2023

    Mantap, belajar sambil melestarikan adat budaya lokal supaya tidak punah termakan jaman, 👍👍👍

Kirim Pesan

Kalender

Oktober 2025

Mg Sn Sl Rb Km Jm Sb
1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31

Kontak

Alamat :

Jl. Raya Karangan No. 56

Telepon :

081257004817

Email :

smpn1mpwhlu@gmail.com

Website :

http://www.smpn1mempawahhulu.sch.id

Media Sosial :