
Paraga Adat Balala menjadi tema Praktik Mulok Multikultur
Karangan - Siswa-siswi Kelas 7 & 8 SMPN 1 Mempawah Hulu gelar praktik Mulok Multikultur dengan tema Adat Balala’ pada Kamis, 30 Mei 2024.
Balala’ merupakan sebuah tradisi leluhur zaman dahulu sebagai kegiatan yang didalamnya mereka menahan diri dari rutinitas sehari-hari.
Balala’/pantang yang dilakukan ini bertujuan untuk penyembuhan diri baik secara fisik maupun spiritual.
Adapun perbuatan yang tidak boleh dilakukan selama berpantang yaitu tidak boleh bekerja secara fisik, tidak boleh memetik tangkai (ranting dan daun) dinamakan ngalayu, membakar kayu api ditungku, tidak boleh makan sayur segar, dan tidak boleh makan daging berdarah panas.
Ungkap Selvinus Mathan Adapun alat-alat upacara adat Balala’ yang dibawa ke “Guna” (persimpangan) yaitu:
“Buis”. Sebelum buis dibawa ke persimpangan untuk menolak hal-hal yang jahat, terlebih dahulu buis tersebut disangahatn ke bukit sebagai tanda menyampaikan niat kepada Jubata, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Pada kesempatan ini beliau memadu peserta didik untuk “Ngobet”, yaitu membuat dan menyajikan perlengkapan atau bahan-bahan sebelum Nyangahatn.
Buis yang dipersembahkan kepada Jubata terdiri dari: Baras banyu, ialah adat kebiasaan/turun temurun yang dilakukan masyarakat adat yang sangat ditakuti dan beras banyu ini terdiri dari 7 butir beras dicampur dengan minyak kelapa dan kunyit.
Tumpi’, yaitu kue yang terbuat dari tepung beras, dan poe’ (lemang) yaitu kue yang terbuat dari beras pulut yang dimasukkan kedalam bambu, tumpi’ (cucur) dan poe’ adalah lambang pemersatu masyarakat Dayak Kanayatn.
Pinang Karake’ (Pinang dan daun sirih) yang dipakai untuk nyirih. Hal ini dilambangkan dengan darah ampa’ (air yang keluar dari hasil ngampa’/nyirih berwarna merah melambangkan darah). Air sirih (darah, diartikan sebagai satu keturunan) yaitu adat kebiasaan turun temurun yang sangat tinggi nilainya dalam hukum adat, yang diberlakukan
pada orang yang tidak mampu, miskin, tidak ada ahli warisnya, atau sanak saudaranya dan cacat tidak bisa bekerja.
1 ekor ayam yang digunakan sebagai pelengkap adat dan sarana untuk mendoakan supaya hal-hal yang tidak dinginkan tidak terjadi.
Telur ayam yaitu sebuah telur yang masih mentah yang disimpan ketengah-tengah beras yang ada didalam gelas maksudnya untuk tanda atau lambang bahwa akan didoakan.
Palantar, yaitu suatu perangkat yang harus diadakan pada saat upacara adat. Perangkatnya ini terdiri dari talam dari tembaga sebagai alas; piring putih yang berisi beras dan poe’ (ketan) yang diletakkan diatas talam; telur ayam; baras banyu (beras yang dicampur kunyit), mata uang perak, tensan (pelita), pisau, air dalam gelas berisi bunga selasih.
Dan yang terakhir adalah perahu yang dihanyutkan kesungai. Perahu adalah sebuah sarana yang dapat membawa segala macam penyakit, kejahatan, dan hal-hal lainnya hanyut kesungai dan tidak akan kembali lagi.
Peraga adat ini dimaknai dalam satu kesatuan yang utuh.Simbol-simbol atau lambang yang terdapat pada bahan-bahan tersebut memperlihatkan bahwa semuanya saling melengkapi dalam satu kesatuan yang utuh serta tidak ada yang dapat dilepaskan karena memiliki makna yang berbeda-beda.
dan setiap rumah yang melaksanakan “balala’’ akan menutup pintu dan akan diberikan simbol atau lambang alat peraga balala.
Hal ini juga menunjukkan bahwa masyarakat Dayak Kanayatn sangat menjunjung tinggi adat istiadat.
Para siswa sangat antusias mengikuti kegiatan ini, walaupun masih belum terbiasa dalam menyajikannya. Semoga kegiatan ini terus terjaga dan lestari demi masa depan anak-anak kita agar tetap dapat melestarikan adat istiadat yg sudah diwariskan oleh leluhur kita ungkap Bapak Aspan, selaku Kepala Sekolah. @fonska
0 Komentar